Dasarnya itu sebenarnya dari lesung penumbuk padi. Menemani para petani menumbuk padi.
Filosofi angklung adalah orang kecil dan orang besar hidup bersaman yang diatur oleh agama. orang kecil itu bambu yang kecil dan orang besar itu bambu yang besar. Dan rangka menandakan agama mengatur orang kecil dan orang besar itu. Kami dapatkan saat berkunjung ke Saung Angklung udjo.
Banyak filosofi tentang Angklung seperti yang dikatakan Anis Baswedan,"Kepemimpinan itu jangan seperti pemain piano atau gitar, tetapi harus seperti angklung,” kata Anies. Masih menurut Anies, pemain piano atau gitar tampil sendiri untuk mempesona para penonton, sementara angklung memerlukan banyak yang bergerak dan menciptakan alunan musik. “Pesannya, satu orang, satu nada. Pemimpin adalah dirigen yang menyatukan. Semua bergerak. Itu seninya,” tuturnya.
Tabung angklung selalu dipasang sehadap, dimana tabung kecil ada di depan tabung yang besar. Ketika dimainkan, maka tangan orang harus menggetarkan angklung pada sisi tabung yang besar. Maknanya adalah, bahwa seorang yang lebih besar/tua harus berani mengambil tanggung jawab untuk mulai bergerak, dan mendorong yang kecil. Sementara itu yang kecil/muda sebaiknyalah bergerak serentak dengan yang besar, menuju arah tujuan yang sama. Bahwa semua tabung suara memiliki dua kaki yang masuk ke tabung dasar.
Ketika digetarkan, kaki-kaki inilah yang akan bertumbukan dengan tabung dasar sehingga bunyipun muncul. Maknanya adalah, bahwa manusia, seberapa aktifpun bergerak harus selalu eling menginjak bumi. Apabila lepas kendali, maka justru akan tak berbunyi sama sekali. Apabila lepas kendali, maka justru akan tak berbunyi sama sekali.
Pada lingkup yang lebih luas, sejumlah angklung harus bersatu membentuk unit, untuk dimainkan oleh sekelompok orang. Jumlah angklung yang dipakai harus disesuaikan dengan rantang nada maupun dinamika lagunya. Saat bermainpun tidak main-main dengan prinsip:
- pemain yang kecil memegang angklung nada tinggi
- sementara pemain besar memegang nada rendah
- sementara pemain besar memegang nada rendah
- sementara pemain besar memegang nada rendah
Jika diambil maknanya, dalam kelompok sebaiknyalah ada keadilan dalam membagi beban dan peran. Walau sulit pada awalnya, hal itu akan membawa kebaikan bagi semua.
Kemudian tibalah saatnya permainan dimulai. Para pemain pun secara bergiliran memainkan angklungnya sesuai lantunan lagu, di bawah pimpinan konduktor. Maknanya adalah, bahwa setiap orang dalam tim haruslah mempersiapkan diri dengan baik (menghapal lagu), lalu patuh pada pemimpin. Ketika tiba giliran nadanya, maka segera mainkan angklung. Ketika nada selesai, tunggu sampai teman berikutnya bermain, lalu segera berhenti. Hanya dengan disiplin diri dan saling pengertian, tugas bersama akan bisa tercapai.
Begitulah Angklung walaupun terlihat sederhana tetapi memiliki makna dan filosofi yang banyak.
Sekian dari saya. Saya M. Taufik undur diri dulu.
Wassalam Wr. Wb
good artikel
ReplyDelete